Kamis, 23 Maret 2017

SEJARAH GEREJA RUINS OF ST. PAUL - MACAU

Studi Ekskursi #3


           Gereja Ruins of St. Paul atau yang dikenal dengan Gereja St. Paul merupakan salah satu tempat destinasi wisata yang berada di wilayah Macau. Gereja ini terletak sedikit ke atas dibandingkan dengan bangunan sekitarnya sehingga untuk mencapai bangunan ini kita diharuskan untuk menaiki beberapa anak tangga yang sangat lebar. Gereja St. Paul ini sendiri dijadikan oleh macau sebagai tempat yang tidak boleh ketinggalan oleh wisatawan khususnya wisatawan asing untuk melihatnya. Bahkan ada yang mengatakan bahwa jika ke Macau tidak mengunjungi tempat ini, maka bias dikatakan anda belum pernah menjajaki Kota Macau.
           Melihat bentuk Gereja St. Paul yang begitu unik yaitu merupakan gedung yang hanya berdiri dengan dinding depan dengan dikhiasi kolom - kolom struktur yang di ekspose serta beberapa ukiran yang menurut beberapa orang ukiran tersebut memiliki sejarah tersendiri untuk digambar. Warna gereja ini sendiri itu begitu menarik dan terlihat begitu historic.
           Menurut sumber terpercaya, dahulunya gereja ini merupakan bangunan gereja yang utuh yang dibelakangnya juga terdapat sekolah sebagai area pendidikan. Ada yang mengatakan bahwa gereja ini merupakan salah satu gereja katedral. Namun ada beberapa sumber lain yang mengatakan bahwa gereja ini bukan termasuk sebagai gereja katedral. Lebih dari hal itu pada masanya gereja ini merupakan gereja ternama dan terbesar di Asia. Gereja St. Paul dahulunya dikenal dengan nama "Mater Dei" yaitu sebuah gereja Portugis abad ke-17 yang didedikasikan kepada Santo Paulus, Sang Rasul. Dikarenakan bangunan ini bergitu bersejarah, sehingga pada tahun 2005 Gereja St. Paul dijadikan sebagai wisata warisan dunia yang diberikan dari UNESCO.
           Menurut sejarahnya, Gereja ini didirikan pada tahun 1580-1640 dan menjadi bagian dari St Paul's College. Komplek ini merupakan konstruksi para Jesuit. Gereja St. Paulus mengalami kebakaran pada tahun 1595 dan 1601. Rekosntruksi dilakukan pada tahun 1602 dan selesai pada 1637. Pada saat itu gereja ini menjadi gereja Katolik terbesar di Asia Timur. Kebakaran melanda lagi pada tahun 1835 sehingga menyisakan bangunan yang kini bisa dikunjungi wisatawan. Padahal konon, gereja ini dibangun dengan batu putih dan memiliki atap berkubah besar.
           Fasad depan gereja ini menampilkan ukiran yang berkaitan dengan kisah gereja Katolik di Asia lengkap dengan beberapa gambar naga dan kapal berlayar. Tidak itu saja, ukiran-ukiran dan ornamen Ruins of St. Paul’s Church juga menunjukkan campur tangan budaya China dalam pembangunanya. Reruntuhan gereja ini diperindah dengan 66 anak tangga yang mengarah ke pintu utama. Dilihat dari kejauhan, gereja ini tampak anggun dan megah. Jika melewati hingga bagian belakang reruntuhan, kita akan melihat tiang penyangga dari beton dan baja yang digunakan untuk menopang bangunan. Tangga baja inilah yang memungkinkan wisatawan untuk naik ke reruntuhan gereja bagian atas dari belakang. Selain itu, kita juga dapat mengunjungi makam tempat relikui dari para martir Jepang dan Vietnam kini beristirahat. Disini juga ada museum seni suci tempat lukisan, pahatan dan benda-benda upacara dari gereja-gereja dan biara-biara di kota ini dipamerkan.

           Kawasan ini tampak selalu ramai, terlebih di siang hingga sore hari. Banyak traveler yang berfoto dengan berbagai pose di sini. Berfoto di bagian depan reruntuhan ini boleh saja yang penting tetap sopan. Saat berkunjung ke Ruins of St Paul's, traveler tak hanya bisa berfoto dan menikmati pesonanya dari sisi luar. Kalau ingin melihat puing-puing lainnya yang masih ada, bisa masuk ke dalam lokasi yang dulunya gereja ini. Melewati pintu masuk di dinding yang populer itu, ada sejumlah makam biarawan yang berlapis kaca di kanan dan kiri jalan. Kemudian di ujung jalan ada Museum of Sacred Art dan Crypt yang berisi puing bangunan dan barang-barang peninggalan sejarah komplek gereja. Museum bisa dimasuki gratis setiap hari pukul 09.00-18.00, kecuali hari selasa yang tutupnya lebih cepat yaitu hingga pukul 14.00 waktu setempat. Berbeda dengan di depan gereja, di dalam museum dilarang memotret. selain itu mengunjungi warisan sejarah ini, para wisatawan juga kerap melemparkan koin ke jendela atas reruntuhan sebagai doa atas harapan akan keberuntungan. Untuk mencapai tempat ini sangat mudah, Anda tinggal berjalan kaki dari Senado Square menuju jalanan yang menanjak. dekat dengan Ruins of St. Paul’s Church, mampirlah ke Museum de Macau yang menyimpan banyak sejarah tentang kota ini. Selain itu, ada Kuil A-Ma yang juga menjadi cikal bakal penjajahan Portugis di Makau. Selama berlibur di Makau, Anda bisa menginap di Royal Hotel, Sintra Hotel atau Casa Real Hotel.




Sumber:
http://images.chinahighlights.com/attraction/aomen/the-ruins-of-st-pauls/the-ruins-of-st-pauls.jpg
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/c/c2/20091003_Macau_Cathedral_of_Saint_Paul_6542.jpg
http://cina.panduanwisata.id/macau/merasakan-puing-sejarah-di-ruins-of-st-paul%E2%80%99s-church/
https://id.wikipedia.org/wiki/Reruntuhan_St._Paul
https://travel.detik.com/read/2016/09/19/082000/3300858/1520/kisah-puing-gereja-yang-jadi-landmark-terpopuler-di-macau



Tidak ada komentar:

Posting Komentar