Minggu, 24 Januari 2016

Arsitektur dan Lingkungan: Rumah Green Architecture

          Indonesia merupakan daerah yang memiliki 2 musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. 2 musim ini setiap tahunnya akan terus berganti mengikuti periode yang telah ditentukan. Namun akhir-akhir ini periode antara kedua musim ini semakin tidak sesuai dengan jadwalnya. Dikarenakan factor alam yang memang sudah tidak sebagus yang dulu. Banyak sekali faktor-faktor yang membuat keadaan alam ini tidak sesuai dengansemestinya. Salah satunya adalah Global Warming atau yang sering disebut dengan Pemanasan Global. Adapun faktor yang membuat Pemanasan Global ini terjadi adalah berkurangnya lahan hijau dikarenakan banyaknya pembangunan bangunan tingkat rendah ataupun bangunan tingkat tinggi yang tidak memerhatikan keadaan lingkungan yang akan berdampak terhadap keadaan alam juga.
sumber:www.google.com
          Untuk itu sebagai seorang arsitek yang peduli terhadaptkeadaan alam ini. Maka tidak sedikit arsitek yang membuat desain pembangunan dengan system Green Architecture atau yang sering dinamakan dengan Desain Ramah Lingkungan. Green Acrhitecture ini sendiri merupakan inovasi yang cukup terkenal akhir-akhir ini dikalangan masyarakat dikarenakan adanya rasa kepedulian yang timbul untuk tetap menjaga alam dengan baik. Dalam pembangunannya Green Architecture mengacu kepada bangunan yang juga memerhatikan area hijau diwilayah bangunan yang akan dibuat. Area hijau ini berupa penanaman tanaman hijau baik di area halaman depan ataupun halaman belakang. Tetapi sekarang ini penanaman tanaman hijau dapat juga dibuat di area atap bangunan yang sering disebut dengan nama “Green Roof Top”. Tidak hanya mengacu terhadap area hijau saja, Green Architecture juga memperhatikan mengenai pemakaian aliran listrik dengan baik dan tidak boros serta alur sirkulasi udara masuk dan udara keluar dengan benar.

          Kembali ke topik semula, kita akan membahas mengenai Green Architecture ini sendiri. Adapun syarat-syarat dari bangunan Green Architecture yaitu:
  1. Tidak merusak alam saat perencanaan dan  pembangunan, contohnya desain rumah dibuat sedemikian rupa agar pohon yang sudah ada tidak perlu ditebang, selanjutnya pada saat pembangunan tetap menjaga pohon tersebut agar tidak rusak atau bahkan hilang.
  2. Bahan bangunan yang digunakan tidak merusak lingkungan, contohnya tidak memakai kayu atau bambu, tapi bisa menggunakan besi, beton dan sejenisnya yang tidak perlu menebang pohon.
  3. Ada area sebagai tempat tumbuh tanaman, area tersebut bisa di dinding, atap, atau bagian bangunan lainya yang cocok sebagai tempat tumbuh kembang pepohonan hijau.
  4. Memanfaatkan energi alami, contohnya jendela diletakan sedemikian rupa agar setiap ruangan terang dengan pencahayaan alami dari sinar matahari, jika terpaksa memakai listrik maka bisa memanfaatkan teknologi listrik tenaga surya PLTS atau solar cell.
  5. Sirkulasi udara yang bagus, setiap sudut ruangan diatur sedemikian rupa agar tetap sejuk dengan udara alami, tanpa menggunakan Air Conditioner AC atau kipas angin.
  6. Tidak menutup halaman dengan beton, fungsinya agar air hujan tetap punya celah untuk menyerap kedalam bumi, jadi kondisi air bawah tanah tetap terjaga dengan baik.
  7. Ada lobang biopori di pekarangan rumah, fungsinya juga untuk memudahkan penyerapan air dari permukaan tanah kedalam bumi.
  8. Ada tanaman di halaman rumah. Bermacam jenis tanaman bisa dijadikan taman untuk menghias sekaligus menghijaukan pekarangan.
Dari pembahasan diatas, saya akan memberikan contoh dari bangunan yang menggunakan sistem Green Architecture ini
















Sumber:


Nama: Sari Corry Maylani
Kelas: 2TB01
NPM: 2A314053
Mata Kuliah: Arsitektur dan Lingkungan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar