Senin, 21 Mei 2018

Museum Wayang Jakarta & Ruang - Ruangnya

Sumber : Dokumentasi Pribadi

     Museum Wayang Jakarta memiliki denah yang umumnya membentuk sirkulasi linier. Hal ini umum terjadi pada bangunan museum. Untuk fungsi ruang, museum ini juga memperhatikan sarana penunjang untuk pengunjung agar lebih mudah digunakan seperti mushola hingga toilet. Namun sebenarnya ada beberapa tambahan fungsi ruang agar terasa lebih hidup dan dapat dijadikan daya tarik untuk pengunjung.

Denah Awal :
Sumber : rizka-felly.blogspot.co.id dan revisi penulis pribadi

      Di era saat ini, promosi sudah hal umum dilakukan via media sosial. Terlebih untuk konten foto dengan background menarik mayoritas sukses untuk menarik pengunjung datang. Terkait hal ini, penulis membuat rencana perubahan ruang namun tanpa menghilangkan fungsi ruang yang sudah ada. Penulis membuat perubahan ruang di beberapa tempat tertentu dikarenakan adanya potensi yang baik jika dikembangkan.

Denah Perubahan Fungsi Ruang :
Sumber : rizka-felly.blogspot.co.id dan revisi penulis pribadi

    Perubahan ruang ini akan lebih terkesan fotogenik dengan adanya perubahan ruang dengan pergantian warna / penambahan beberapa item sehingga menghasilkan suatu ruang yang eye catching dan visual yang baik. Pada dasarnya hal ini sudah diterapkan di beberapa museum yang berada di wilayah Jakarta dan cukup sukses untuk menarik pengunjung datang terkhusus anak muda.
     Beberapa ruang lain pun ada yang diubah sedikit yaitu dengan menghadirkan mini bar disudut lantai 2 dengan dengan fasilitas ram menuju lantai 1. sehingga dengan pasti mini bar ini akan dilalui oleh pengunjung dan menarik pengunjung untuk berfoto dengan background mini bar hingga membeli beberapa minuman.
     Selain itu penulis merubah sedikit fungsi ruang yang berada di lantai 1. ruang ini awalnya ialah hanya sebagai sirkulasi. Namun dikarenakan area yang cukup luas maka penulis merubah fungsi ruang yang awalnya hanya sebagai sirkulasi namun menjadi mini food court yang memberikan fasilitas berupa beberapa makanan untuk dibeli.

Dokumentasi Survey :





Sumber :
http://rizka-felly.blogspot.co.id/2015/05/gambaran-kawasan-museum-wayang.html

Museum Wayang Kota Tua - Jakarta


sumber : dokumentasi pribadi

Museum Wayang berdiri di atas tanah seluas 990 m2 dan 627 m2. Gedung ini semula merupakan gereja tua yang didirikan oleh VOC pada tahun 1640 dengan nama “de oude Hollandsche Kerk” sampai tahun 1732. Diadakan perbaikan pada tahun 1733 berganti nama yaitu “de nieuwe Hollandsche Kerk” sampai dengan tahun 1808.Gereja ini mengalami kerusakan akibat gempa. Pada tanggal 14 Agustus 1936 lokasi ini ditetapkan menjadi monument, selanjutnya dibeli oleh Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen yaitu lembaga yang didirikan untuk memajukan penelitian dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang-bidang ilmu biologi, fisika, arkeologi, kesusastraan, etnologi dan sejarah, serta menerbitkan hasil penelitian. Pada tanggal 22 Desember 1939 dibuka oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda terakhir, Jonkheer Meester Aldius Warmoldu Lambertus Tjarda van Starkenborg Stachouwer sebagai museum dengan nama “de oude Bataviasche Museum” atau “Museum Batavia Lama”. Tahun 1957 diserahkan kepada Lembaga Kebudayaan Indonesia berganti nama menjadi Museum Jakarta Lama. Pada tanggal 17 September 1962 oleh LKI diserahkan kepada Republik Indonesia dan pada tanggal 23 Juni 1968 diserahkan kepada Propinsi DKI Jakarta sebagai kantor Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta. Dan pada tanggal 13 Agustus 1975 diresmikan sebagai Museum Wayang oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin. Saat Ini Museum Wayang Jakarta di bawah Pengelolaan UP. Museum Seni Rupa Jakarta, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta.
Lokasi :
Museum Wayang ini masih berada dalam kawasan wisata kota tua dan tentunya areanya sangat berdekatan dengan Jakarta History Museum, tepatnya berada di Jl. Pintu Besar Utara No.27, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11110.
Denah :
sumber : rizka-felly.blogspot.co.id

Di dalam Museum Wayang terdapat berbagai jenis dan bentuk yang berkaitan dengan wayang. Mulai dari beberapa jenis wayang diseluruh dunia
sumber : dokumentasi pribadi

sumber : dokumentasi pribadi

sumber : dokumentasi pribadi

hingga pelengkap wayang seperti alat musik pengiring wayang.
sumber : dokumentasi pribadi

sumber : dokumentasi pribadi

Hingga kini Museum Wayang mengoleksi lebih dari 4.000 buah wayang mulai dari wayang golek, kulit,kardus, wayang rumput, wayang janur, topeng, boneka, wayang beber dan gamelan.
sumber : dokumentasi pribadi

sumber : dokumentasi pribadi

sumber : dokumentasi pribadi

Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Wayang
https://museumseni.jakarta.go.id/sejarah-museum-wayang
http://rizka-felly.blogspot.co.id/2015/05/gambaran-kawasan-museum-wayang.html

Cagar Budaya dan Cara Mempertahankannya


sumber : dokumentasi  pribadi

Berdasarkan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya terdapat pengertian Cagar Budaya dan Bangunan Cagar Budaya yaitu:
v  Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.
v  Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan/atau tidak berdinding, dan beratap.

Untuk Mempertahankan Bangunan Cagar Budaya Peninggalan Sejarah, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan Berdasarkan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, yaitu :
v  Pemanfaatan yaitu pendayagunaan Cagar Budaya untuk kepentingan sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat dengan tetap mempertahankan kelestariannya.
v  Revitalisasi yaitu kegiatan pengembangan yang ditujukan untuk menumbuhkan kembali nilai-nilai penting Cagar Budaya dengan penyesuaian fungsi ruang baru yang tidak bertentangan dengan prinsip pelestarian dan nilai budaya masyarakat.
v  Adaptasi yaitu upaya pengembangan Cagar Budaya untuk kegiatan yang lebih sesuai dengan kebutuhan masa kini dengan melakukan perubahan terbatas yang tidak akan mengakibatkan kemerosotan nilai pentingnya atau kerusakan pada bagian yang mempunyai nilai penting.
sumber : dokumentasi pribadi

Pengertian Konservasi
v  Konservasi, adalah upaya untuk memelihara suatu tempat sedemikian rupa sehingga makna budaya dari tempat tersebut dapat dipertahankan.Berdasarkan The Burra Charter (1981), upaya konservasi memiliki 4 (empat) hal utama, yaitu:
v  Pelestarian, yaitu upaya pengelolaan pusaka untuk memperpanjang usia benda cagar budaya, situs atau kawasan peninggalan bersejarah dengan cara perlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan dan atau pengembangan untuk menjaga keberlanjutan, keserasian dan daya dukungnya dalam menjawab dinamika jaman untuk membangun kehidupan yang berkualitas.
v  Perlindungan, yaitu upaya mencegah dan menanggulangi segala gejala atau akibat kerusakanbenda, situs dan kawasan cagar budaya baik dikarenakan manusia atau alam dengan cara : (1)Penyelamatan, yaitu pencegahan dan penanggulangan ancaman kerusakan atau kemusnahan perlindungan benda, situs, dan kawasan cagar budaya yang timbul baik oleh alam atau manusia secara teknis; (2)Pengamanan, yaitu perlindungan dengan cara menjaga, mencegah dan menanggulangi hal-hal yang dapat merusak benda, situs, dan kawasan cagar budaya.
v  Pemeliharaan, yaitu upaya pelestarian benda, situs dan kawasan cagar budaya baik dikarenakan manusia atau alam dengan cara : (1)Pemugaran, yaitu dengan cara mempertahankan keaslian berdasarkan data yang ada dan bila diperlukan dilakukan perkuatan struktur yang dapat dipertanggung jawabkan dari segi arkeologis, historis dan teknis; (2)Pemanfaatan, yaitu pemberdayaan benda, situs dan kawasan cagar budaya sebagai aset budaya untuk berbagai kepentingan yang tidak bertentangan dengan prinsip pelesterian
v  Pengelolaan, yaitu upaya pelestarian dan pemanfaatan benda, situs dan kawasan cagar budaya melalui kebijakan pengaturan perencanaan, perlindungan, pemeliharaan, pemugaran, pemanfaatan, dan pengendalian.
sumber : dokumentasi pribadi

Adapun Bentuk kegiatan Konservasi menurut UNESCO yaitu :
v  Restorasi, yaitu kegiatan pemugaran untuk mengembalikan bangunan dan lingkungan cagar budaya semirip mungkin ke bentuk asal berdasarkan data pendukung tentang bentuk arsitektur dan struktur pada keadaan asal tersebut dan agar persyaratan teknis bangunan terpenuhi
v  Preservasi, yaitu bagian dari perawatan dan pemeliharaan yang mempertahankan keadaan sekarang dari benda, situs dan kawasan cagar budaya agar kelayakan fungsinya terjaga baik.
v  Konservasi, yaitu segala proses pengelolaan suatu benda, situs dan kawasan sehingga nilai budaya dan sejarah terjaga. Biasanya kegiatan ini merupakan kombinasi dari beberapa tindakan seperti preservasi, restorasi, rekonstruksi, konsolidasi, dan atau revitalisasi.
v  Rekonstruksi, yaitu kegiatan pemugaran untuk membangun kembali dan memperbaiki seakurat mungkin bangunan dan lingkungan yang hancur akibat bencana, kerusakan karena terbengkalai atau keharusan pindah lokasi, dengan mengunakan bahan yang tersisa atau terselamatkan dengan penambahan bahan bangunan baru dan menjadikan bangunan tersebut layak fungsi dan memenuhi persyaratan teknis
v  Revitalisasi, yaitu kegiatan pemugaran untuk mendapatkan nilai tambah yang optimal secara ekonomi, sosial, dan budaya dalam pemanfaatan bangunan dan lingkungan cagar budaya, dan dapat berupa bagian dari revitalisasi kawasan kota lama untuk mencegah hilangnya aset kota yang bernilai sejarah karena kawasan tersebut mengalami produktivitas.


Sumber :
http://pengertiandanartikel.blogspot.co.id/2017/04/pengertian-cagar-budaya-dan-pengertian.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Cagar_budaya

Selasa, 23 Januari 2018

Susunan Rak Buku Pada Fasad Perpustakaan Institut Teknologi Bandung (ITB)

Oleh : Sari Corry Maylani / 4TB01 / 2A314053

Sumber : www.google.com

”Bentuk mengikuti fungsi telah menjadi kesalahpahaman. Bentuk & fungsi seharusnya menjadi satu, digabungkan dalam penyatu spiritual”

-Frank Lloyd Wright-

Perpustakaan merupakan salah satu elemen terpenting dalam suatu lingkup pendidikan. Baik pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Penerapan bangunan perpustakaan di dalam suatu lingkup pendidikan ini juga berfungsi sebagai fasilitas penunjang untuk siswa atau mahasiswa dalam mendapatkan ilmu pengetahuan yang baru diluar waktu belajar secara formal. Di waktu dahulu, pembangunan perpustakaan berkonsep pada bangunan formal yang terkesan kaku. Sehingga berdampak pada kehadiran masyarakat dalam mengunjungi perpustakaan ini tergolong minim. Namun, seiring berjalannya waktu, konsep perpustakaan semakin berkembang mengikuti zaman dan aktivitas masyarakatnya. Di era saat ini, banyak pembangunan dan renovasi perpustakaan yang berkonsep non formal dan cenderung mengutamakan kenyamanan pembaca sehingga cukup menarik masyarakat untuk datang perpustakaan tersebut. Konsep yang diterapkan pun beragam mulai dari konsep modern minimalis, industrialis, hingga futuristik. Selain itu, fasilitas yang disediakan pun tidak hanya area buku – buku dan ruang baca saja. Melainkan adanya fasilitas penunjang lainnya seperti ruang diskusi, ruang rapat, internet lounge, hingga tempat makan di dalam perpustakaan.
Namun pada dasarnya dalam menarik simpati para pembacanya dibutuhkan elemen awal sebagai citra pada bangunan perpustakaan. Elemen yang dimaksud ialah fasad yang diterapkan pada bangunan agar menarik perhatian pembacanya. Pada era saat ini, fasad bangunan yang diterapkan cukup beragam dan berkonsep menarik perhatian mata pembacanya. Mulai dari fasad yang memiliki fasad kaca, jendela – jendela berbentuk lingkaran, hingga fasad yang menggunakan undakan sebagai daya tarik untuk pembaca. Salah satu contoh perpustakaan dengan konsep saat ini yaitu Perpustakaan Institut Teknologi Bandung (ITB).
Perpustakaan ITB merupakan salah satu bangunan perpustakaan yang menarik perhatian dikarenakan fasad bangunan yang berbeda dengan perpustakaan lainnya. Bangunan yang diarsiteki oleh Ir. Slamet Wirasonjaya merupakan bangunan yang berkonsep layaknya rak – rak buku atau tumpukan beberapa buku sehingga bentukan fasad ini pun berbeda dengan bangunan – bangunan disekelilingnya. Dilain hal, bangunan ini pun terkesan menjadi main point di area sekitarnya. Menurut SLW, Dhian Damaji, “gubahan bentuk bangunan ini merupakan kompromi antara bentukan dan konteks lokasi, hasil sintesis antara ekspresi bentuk yang menyimbolkan tumpukan buku dan letaknya yang berada di area tempat persinggungan dengansumbu imajiner kampus ITB”.
Fasad pada bangunan perpustakaan berada di Arah Barat. Peletakkan fasad di arah tersebut berfungsi untuk membantu sirkulasi pencahayaan yang diterima agar sampai hingga ke dalam bangunan. Selain itu, fasad juga diletakkan dekat dengan area jalan sekitar sehingga memudahkan pembaca untuk melihat dan memasuki area perpustakaan.
Penggunaan fasad yang berbeda pun dapat menjadikan bangunan tersebut menarik perhatian seseorang untuk datang melihat isi dari bangunan tersebut. Selain itu, fasad ini pun dapat menjadikan landmark tersendiri diantara bangunan – bangunan yang ada di sekitarnya. Namun perlu diingat, bahwa perletakkan fasad pun harus disesuaikan dengan area lingkungan sekitar atau arah mata angin guna memudahkan pencahayaan yang masuk.

Gagasan Pokok :
Paragraf Ke – 1 :
Prolog mengenai keadaan atau kegiatan yang berada di dalam perpustakaan tiap waktu. Perubahan ini menghasilkan konsep perpustakaan yang berbeda di masa sekarang. Perpustakaan yang nyaman dan tidak terkesan kaku serta fasilitas lengkap lainnya menjadi daya tarik perpustakaan saat ini.
Paragraf Ke -2 :
Untuk menarik perhatian pembaca, umumnya dibutuhkan citra pada bangunan. Salah satunya adalah fasad bangunan perpustakaan yang menarik sebagai daya tarik untuk memunculkan minat datang ke perpustakaan.
Paragraf Ke -3 :
Perpustakaan ITB merupakan salah satu bangunan perpustakaan yang menarik perhatian dikarenakan fasad bangunan yang berbeda dengan perpustakaan lainnya.
Paragraf Ke – 4 :
Posisi fasad bangunan yang mengarah ke Barat yang memiliki fungsi untuk memberikan sirkulasi pencahayaan yang baik serta dekat dengan area jalan sekitar untuk memudahkan dalam melihat posisi bangunan perpustakaan.
Paragraf Ke – 5 :
Penggunaan fasad yang berbeda dapat menjadikan bangunan tersebut menarik perhatian seseorang dan menjadikan landmark tersendiri di wilayah kawasan tersebut.

Bahasa Arsitektur :
Modern Minimalis : konsep desain bangunan yang menggunakan kebutuhan paling mendasar. Dengan menekankan hal – hal yang bersifat esensial, fungsional, dan bentuk – bentuk geometris serta tanpa dekorasi.
Industrialis : konsep desain bangunan yang terkesan maskulin. Menggunakan bahan – bahan yang cenderung kasar seperti logam, besi, kayu, bata yang sengaja di ekspos untuk menampilkan konsep industrial.
Futuristik : konsep desain bangunan yang mengarah ke masa depan. Biasanya menggunakan bentukan – bentukan yang anti mainstream serta dibantu oleh teknologi canggih untuk menampilkan kesan masa depan.
Citra Pada Bangunan : Merupakan bentukan / gambaran / lambang pada bangunan. Biasanya dapat dilihat pada muka bangunan.
Fasad : Merupakan muka / wajah / tampilan awal suatu bangunan.